BUDAYA MEMINTA




Rasulullah bersabda, “Selama seseorang meminta-minta kepada orang banyak, maka ia akan datang pada hari kiamat dengan tidak ada sepotong daging pun pada mukanya.” (HR Bukhari dari Ibnu ‘Umar)

Setiap manusia oleh Allah sudah ditentukan rezekinya sejak ia berada di dalam kandungan sang ibu. Coba renungkan, ketika seorang bayi lahir ke alam dunia dan belum bisa mencari rezeki sendiri, Allah memberinya rezeki lewat ibunya; ibu menyusuinya. Saat ia menjadi anak-anak yang baru bisa berjalan, berlari, dan usianya masih di bawah lima tahun, sang anak mendapat rezeki dari Allah lewat tangan kedua orang tua. Terkadang dari sanak keluarga atau tetangga.

Ketika sang anak sudah besar dan memiliki kemampuan untuk berusaha sendiri, Allah mewajibkannya untuk mencari rezeki sendiri. Tidak menggantungkan diri pada belas kasih orang lain atau meminta-minta. Allah berfirman, “Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al-Jumu’ah: 10)

Allah lebih senang melihat hamba-Nya bekerja sendiri guna menghidupi diri, keluarga, dan anak-anaknya, daripada meminta-minta kepada orang lain. Pada hadis di atas, Rasulullah mengatakan bahwa orang yang senantiasa meminta-minta atau mengemis padahal ia memiliki kemampuan untuk berusaha mencari rezeki tanpa meminta-minta, maka pada hari kiamat ia akan menghadap Allah dalam keadaan muka tanpa daging.

Di hadis lain, Rasulullah bersabda, “Kiranya seseorang di antara kalian mengambil tali, lalu mencari kayu-kayu untuk diikatkan di punggungnya dan dijualnya guna mencukupi dirinya, hal ini lebih baik baginya daripada meminta-minta pada orang-orang yang orang-orang tersebut kadang memberinya atau tidak memberinya.” (HR Bukhari dari Zubair bin ‘Awwam)

Inti pesan ini sesungguhnya adalah kemandirian dan ketidakbergantungan pada orang lain. Manusia memiliki potensi untuk mengembangkan diri di jalan positif. Jalan-jalan rezeki sudah Allah tebarkan di muka bumi. Tinggal manusia yang harus mencarinya. Meminta-minta kepada orang-orang sementara sebetulnya masih ada cara lain yang halal dan bisa ditempuh daripada melakukan hal ini berarti sama dengan menggantungkan diri pada orang lain, tidak percaya diri, tidak mandiri, dan tidak percaya bahwa Allah sudah menentukan rezekinya.

Budaya meminta-minta perlu dihilangkan dalam benak kita. Hal ini sekaligus merangsang kita untuk giat bekerja dan hidup mandiri, karena kemandirian lebih Allah sukai daripada meminta-minta, apalagi meminta-minta yang tujuannya hanya untuk makin memperkaya diri sendiri. Wallahu a’lam.

Komentar